Liquid Cooling Data Center: 10 Jenis Teknologi Pendingin Data Center untuk AI dan HPC
Kebutuhan infrastruktur data center saat ini semakin meningkat seiring berkembangnya teknologi cloud computing, big data, dan artificial intelligence (AI) dan high-performance computing (HPC).
Salah satu tantangan terbesar dalam mengoperasikan data center adalah mengelola panas yang dihasilkan oleh server.
Di sinilah liquid cooling hadir sebagai solusi.
Apa yang dimaksud dengan liquid cooling pada data center?
Apa manfaat dan keuntungan dari implementasi liquid cooling?
Mari kita bahas di artikel ini.
Apa Itu Liquid Cooling?
Liquid cooling adalah teknologi pendingin yang menggunakan cairan (biasanya air, minyak dielektrik, atau fluida khusus) untuk menyerap dan memindahkan panas dari komponen seperti CPU, GPU, dan memori server.
Secara teknis, cairan mampu menyerap panas hingga 3.000 kali lebih efisien dibanding udara, sehingga teknologi ini memungkinkan computing density lebih tinggi dengan konsumsi energi lebih rendah.
Menurut berbagai studi industri, penerapan sistem liquid cooling dapat memangkas hingga 40% dari total konsumsi daya data center, serta menekan emisi karbon hingga 20–30%.
Baca juga : Pelatihan Architecture & Construction of Data Center
Mengapa Liquid Cooling Penting untuk Data Center?
-
Efisiensi Energi Lebih Tinggi
Dengan mengurangi beban pendingin udara (CRAC/CRAH), sistem liquid cooling membantu mencapai PUE di bawah 1.2. -
Mendukung AI dan HPC
GPU dan CPU modern seperti NVIDIA H100 atau AMD MI300X dapat mengonsumsi daya hingga 700W per chip. Liquid cooling memungkinkan pengoperasian stabil tanpa thermal throttling. -
Skalabilitas dan Densitas Tinggi
Teknologi ini memungkinkan rack density di atas 80 kW per rak, yang sebelumnya hampir mustahil dicapai dengan pendinginan udara. -
Keberlanjutan dan Ramah Lingkungan
Konsumsi energi yang efisien membantu data center menuju carbon neutrality dan mematuhi standar green data center seperti LEED atau EDGE.
Baca Juga : Pelatihan Data Center Management Berdasar SNI 8799:2019 Pusat Data
10 Jenis Liquid Cooling pada Data Center
Berikut 10 metode liquid cooling yang paling banyak digunakan, lengkap dengan penjelasan teknis, keunggulan, dan relevansi aplikasinya di dunia profesional IT.
1. Direct-to-Chip Cooling
Metode ini mengalirkan cairan pendingin langsung ke cold plate (pelat logam) yang menempel pada processor atau GPU.
Panas diserap secara langsung dari chip dan dialirkan keluar melalui jaringan pipa tertutup.
Kelebihan:
-
Efisiensi sangat tinggi pada workload berat seperti AI dan HPC.
-
Menjaga kestabilan suhu dan reliabilitas server.
Kekurangan:
-
Membutuhkan desain server khusus dan infrastruktur pipa yang presisi.
Cocok untuk: AI, HPC, workload intensif.
2. Immersion Cooling (Single-Phase)
Seluruh server dicelupkan ke dalam cairan dielektrik yang tidak menghantarkan listrik. Cairan menyerap panas, lalu didinginkan melalui sirkulasi mekanis.
Kelebihan:
-
Distribusi panas merata.
-
Desain sistem relatif sederhana.
Cocok untuk:
Data center dengan densitas sedang hingga tinggi dan fokus pada efisiensi energi.
3. Immersion Cooling (Two-Phase)
Menggunakan cairan khusus yang mendidih saat menyerap panas. Uap yang terbentuk kemudian dikondensasikan kembali menjadi cairan untuk digunakan ulang.
Kelebihan:
-
Efisiensi pendinginan sangat tinggi.
-
Mampu menangani beban daya ekstrem.
Cocok untuk:
Simulasi ilmiah, AI training, dan supercomputing.
Baca juga : Mengenal AI Data Center: Spesifikasi, Fitur, Smart Cooling dan Smart Hardware
4. Cold Plate Cooling
Mirip dengan direct-to-chip, tetapi lebih fleksibel. Pelat logam berisi saluran cairan pendingin ditempelkan ke komponen panas seperti CPU, GPU, atau RAM.
Kelebihan:
-
Modular dan mudah diintegrasikan.
-
Dapat diterapkan di berbagai jenis perangkat keras.
Cocok untuk:
Enterprise dan hyperscale data center.
5. Rear Door Heat Exchanger (RDHx)
RDHx merupakan solusi hibrida antara udara dan cairan. Udara panas dari rak server melewati pintu belakang yang berisi penukar panas berbasis cairan, sebelum keluar ke ruangan.
Kelebihan:
-
Tidak perlu merombak seluruh infrastruktur.
-
Transisi mudah dari air cooling ke liquid cooling.
Cocok untuk:
Organisasi yang sedang migrasi bertahap menuju pendinginan cairan.
6. In-Row Liquid Cooling
Unit pendingin cairan ditempatkan di antara rak server. Dengan jarak yang dekat, panas dapat diserap lebih cepat.
Kelebihan:
-
Skalabilitas tinggi.
-
Dapat menyesuaikan kapasitas sesuai pertumbuhan beban kerja.
Cocok untuk:
Colocation dan hyperscaler data center.
7. Chilled Water Systems
Menggunakan air dingin (chilled water) sebagai medium utama. Air dipompa melalui pipa ke unit pendingin yang menyerap panas dari server.
Kelebihan:
-
Teknologi matang dan sudah lama digunakan.
-
Mudah dikombinasikan dengan sistem pendinginan modern.
Cocok untuk:
Data center besar yang membutuhkan pendinginan stabil dan berkelanjutan.
8. Overhead Manifold Distribution
Sistem ini mengalirkan cairan pendingin melalui jaringan pipa yang dipasang di atas rak server. Setiap pipa dapat mendistribusikan cairan ke berbagai modul pendingin di dalam rak.
Kelebihan:
-
Modular dan fleksibel.
-
Memudahkan perawatan dan ekspansi.
Cocok untuk:
Hyperscaler yang memerlukan efisiensi tinggi dan arsitektur modular.
Baca juga : Pelatihan Architecture & Construction of Data Center
9. Hybrid Liquid-Air Cooling
Menggabungkan pendinginan cairan dan udara. Cairan digunakan untuk komponen inti seperti CPU dan GPU, sedangkan udara untuk komponen lainnya.
Kelebihan:
-
Solusi transisi yang fleksibel.
-
Mengurangi risiko kerusakan akibat kebocoran cairan.
Cocok untuk:
Perusahaan yang ingin efisiensi tinggi tanpa mengganti seluruh sistem.
10. In-Rack Liquid Cooling
Unit pendingin cairan ditempatkan langsung di dalam rak server. Dengan jarak sangat dekat, sistem ini mampu menyerap panas lebih cepat.
Kelebihan:
-
Efisiensi ekstrem.
-
Ideal untuk densitas tinggi dan performa maksimum.
Cocok untuk:
Lingkungan HPC dan AI berskala besar.
Jenis liquid cooling yang cocok untuk AI dan HPC Data Center
Untuk workload intensif seperti AI training, machine learning, dan high-performance computing (HPC), jenis yang paling efektif adalah:
-
Direct-to-Chip Cooling
Cocok karena panas dihasilkan langsung di CPU / GPU / accelerator dan sangat tinggi. Dengan cold plate, cairan diberi akses tepat ke sumber panas. -
Immersion Cooling (Two-Phase)
Sangat efektif untuk rak dengan densitas sangat tinggi (GPU cluster, training model AI besar) di mana udara dan kipas tak lagi cukup. -
In-Rack Liquid Cooling
Cocok sebagai bagian dari solusi hybrid atau sebagai tahap awal migrasi ke liquid cooling penuh. Digunakan untuk mendukung pendinginan mencakup seluruh rak, bukan hanya chip. -
Hybrid Liquid-Air Cooling & RDHx (Rear Door Heat Exchanger)
Untuk data center yang ingin transisi ke liquid cooling tetapi mempertahankan sebagian infrastruktur udara. Cocok di AI/HPC dengan kepadatan menengah sampai tinggi.
Baca juga : Mengenal AI Data Center: Spesifikasi, Fitur, Smart Cooling dan Smart Hardware
Bagaimana Tren Implementasi Liquid Cooling di Indonesia?
Indonesia mulai mengadopsi teknologi liquid cooling secara bertahap, terutama di Jakarta yang kini menjadi hub digital utama Asia Tenggara.
Beberapa operator besar sudah mengambil langkah konkret untuk menghadirkan infrastruktur AI-ready data center seperti : EDGE DC, BDx Indonesia, DCI Indonesia (DCII) dan Telkom Indonesia, melalui anak perusahaannya NeutraDC.
Kesimpulan
Liquid cooling jadi solusi untuk data center berperforma tinggi dan ramah lingkungan.
Dengan variasi sistem seperti direct-to-chip, immersion, dan in-rack, teknologi ini menjawab kebutuhan industri terhadap efficiency, reliability, dan sustainability
Seiring meningkatnya permintaan untuk AI workload, sistem liquid cooling akan menjadi standar baru dalam arsitektur data center di Indonesia maupun dunia.
Ingin memahami bagaimana merancang, mengelola, dan mengoptimalkan Data Center dengan sistem Liquid Cooling?
Berikut rekomendasi pelatihan untuk Anda atau tim IT Anda:
Silakan konsultasikan kebutuhanmu dengan kami, klik link https://bit.ly/kontaksuhu
